
Melimpahnya cangkang sawit Asia berkat pesatnya perkembangan industri minyak kelapa sawit di sejumlah negara, seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Cangkang sawit (palm kernel shell) yang mulanya hanya bahan sisa pengolahan minyak kelapa sawit, kini telah banyak digunakan sebagai bahan bakar terbarukan.
Pemanfaatan Cangkang Sawit
Cangkang sawit adalah sisa cangkang setelah biji sawit diambil. Cangkang kelapa sawit memiliki kandungan berupa ash content, 20-11% karbon aktif, dan kadar penguapan tinggi yaitu sekitar 69-70%. Selain karena kandungannya, cangkang sawit memiliki kadar air yang rendah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Nilai kalori pembakaran cangkang sawit termasuk tinggi, mencapai 17-19 MJ/kg. Hal ini memungkinkan pemanfaatan sebagai sumber energi pengganti batu bara. Biasanya untuk digunakan sebagai sumber energi, cangkang sawit akan diolah menjadi briket arang terlebih dahulu.

Kini banyak industri yang memilih pemanfaatan biomassa cangkang sawit sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Biomassa cangkang sawit menghasilkan 40% lebih sedikit emisi karbon daripada bahan bakar fosil.
Dengan menghasilkan lebih sedikit emisi karbon, penggunaan cangkang sawit sebagai bahan bakar menyebabkan lebih sedikit polusi udara. Manfaat lebih luasnya ialah mencegah bertambah buruknya pemanasan global akibat emisi karbon yang tinggi ke atmosfer.
Sebagai bahan bakar, cangkang sawit memiliki keunggulan dari segi ketersediaan yang berkelanjutan. Cangkang sawit merupakan bagian dari tanaman kelapa sawit. Sebagaimana kelapa sawit dapat dibudidayakan, cangkang sawit merupakan bahan bakar yang terbarukan.
Selain menghasilkan lebih sedikit emisi karbon, pemanfaatan cangkang sawit sebagai sumber energi tidak perlu mencemaskan mengenai ketersediaan suplainya.
GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) menyebut sawit sebagai emas hijau bagi populasi bumi. Cangkang kelapa sawit merupakan bahan bakar alternatif yang berkelanjutan dan lebih murah, membuatnya sebagai opsi yang lebih baik daripada energi fosil.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai pemanfaatan cangkang sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap. Studi menunjukkan bahwa cangkang kelapa sawit merupakan bahan bakar yang lebih murah untuk menghasilkan listrik dibandingkan solar dan batu bara.
Ekspor Cangkang Sawit Indonesia
Cangkang sawit Asia termasuk komoditas ekspor unggulan Indonesia. Bahkan jumlah cangkang sawit yang diekspor mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut membawa dampak positif bagi perekonomian. Terlebih mengingat permintaan ekspor cangkang sawit selalu tinggi seiring dengan meningkatnya penggunaan sumber energi terbarukan. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor cangkang sawit Indonesia meliputi Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand.
Harga ekspor cangkang sawit pada November 2022 mencapai USD 120/MT, sementara harga domestik sebesar Rp 1.500,-/ kg.
Pasar utama cangkang sawit dari Indonesia ialah negara Jepang. Sebagaimana diungkapkan oleh Didi Sumedi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional menyatakan bahwa pada tahun 2021, 87,1% tujuan ekspor cangkang kelapa sawit dari Indonesia adalah Jepang.
Kegunaan cangkang sawit di Jepang sebagai sumber energi terbarukan terus meningkat. Pasalnya Pemerintah Jepang berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan. Oleh karena itu, Jepang memerlukan pasokan cangkang sawit asia yang stabil dan berkualitas.
Sebagai penghasil cangkang kernel kelapa sawit terbesar, Indonesia mampu memenuhi permintaan tersebut. Hal ini terbukti pada pembentukan kontrak dagang cangkang sawit bernilai sekitar Rp 2,1 triliun.
Jika Anda tertarik untuk mengakses informasi lebih lanjut mengenai cangkang sawit, Anda bisa mengaksesnya di website kami. Anda juga bisa klik link WhatsApp di sini untuk terhubung langsung dengan tim kami.